Pembentukan Karakter Anak di Lingkungan Keluarga

Pembentukan karakter anak di lingkungan keluarga - Selamat pagi anak Indonesia. Pagi yang cerah di bulan Ramadhan. Hari ini Selasa, 23 Juli 2013, bertepatan dengan Hari Anak Nasional  (HAN) yang ke-27.

Kali ini artikel tentang pendidikan kembali dikemukakan dengan mengangkat tema pentingnya pendidikan karakter sehubungan dengan peringatan Hari Anak Nasional tahun ini. 

Peringatan HAN kali ini bertema; Indonesia yang Ramah dan Peduli Anak dimulai dari Pengasuhan dalam Keluarga.

Setiap tahun diperingati HAN sejak tahun 1986 dengan mengusung tema yang berbeda-beda. 

Namun demikian tujuan yang hendak dicapai melalui peringatan tersebut sama yaitu mewujudkan kesejahteraan anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa.

Pembentukan karakter anak merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap kesejahteraan anak di masa depan. 

Semua komponen bangsa, mulai dari orangtua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, pemerintah dan negara, memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap perlindungan dan kesejahteraan anak sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002.

Orangtua merupakan pihak terdekat dengan keseharian anak sehingga pembentukan karakter positif pada anak menjadi tanggung jawab utama. 

Orangtua yang mengasuh anak secara langsung dengan waktu yang cukup banyak dibandingkan pihak sekolah dan masyarakat. 

Pengasuhan anak di lingkungan keluarga berorientasi pada perwujudan anak Indonesia yang berkualitas.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa selama ini, pola pengasuhan dan pendidikan anak lebih cenderung dibebankan kepada pihak ibu. 

Sementara di pihak Ayah lebih banyak berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga, termasuk biaya perlengkapan sekolah anak. 

Semuanya dengan alasan demi kelangsungan pendidikan anak.

Seyogyanya kedua orangtua berperan penting dan aktif dalam mendidik dan membentuk karakter anak melalui konsep parenting

Konsep ini menekankan pada pembentukan karakter positif anak melalui keteladanan kedua orang tua. 

Anak-anak lebih cenderung untuk meniru kebiasaan dan budaya baik dari kedua orangtua. 

Budaya gemar membaca dan tulis justru berawal dari tradisi ayah atau ibu yang gemar mencari informasi, ilmu dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas diri. Begitu pula pembentukan karakter pola hidup sederhana.

Dengan pola pengasuhan parenting diharapkan anak Indonesia akan tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat diharapkan menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia, cerdas, berprestasi, sehat, jujur, kreatif. Inilah yang dikatakan sebagai generasi yang tangguh dan berkualitas.

Harapan dan impian orangtua, bangsa dan negara memang berada dipundak anak-anak Indonesia yang berkualitas. Mereka akan memimpin negara ini sekian tahun yang akan datang. 

Jika mereka jadi pemimpin, pengambil keputusan dan kebijakan, tentulah pemimpin yang mampu menciptakan situasi dan kondisi dimana akan terwujudnya kesejahteraan rakyat. 

Mampu menciptakan keadilan yang berkemakmuran, kemakmuran dalam berkeadilan.
Tentunya, dibutuhkan pemimpin bangsa yang berakhlak mulia, cerdas, jujur dan kreatif untuk menyelesaikan multi persoalan yang dihadapi bangsa saat ini.  

Semua harapan dan mimpi berawal dari sekarang: anak Indonesia yang sejahtera dan berkarakter baik. Mulai dari lingkungan keluarga! 

Dirgahayu Hari Anak Nasional 2013.***