Perilaku Menyontek yang Merugikan

Perilaku menyontek yang merugikan – Judul artikel di atas sesungguhnya tak lebih dari sebuah pernyataan biasa yang sering didengar. Semua sudah tahu kalau prilaku menyontek dalam ujian itu merugikan diri pelakunya dan orang lain.

Sudah banyak artikel pendidikan yang membahas tema yang satu ini. Penulisnya pun tidak hanya guru, pendidik, dan pihak yang menguasai masalah ini. Siswa dan mahasiswa pun sering membahas masalah menyontek dalam ujian. Itu membuktikan bahwa perilaku menyontek sudah merambah ke semua jenjang pendidikan!

Toh, perilaku yang disebut perilaku buruk ini sangat susah dihilangkan. Seakan menjadi tradisi turun temurun di kalangan siswa maupun mahasiswa. Oleh sebab itu, besar kemungkinannya artikel ini bukan solusi tetapi semacam tinjauan semata.

Lazimnya, pelaku menyontek adalah siswa atau mahasiswa. Namun bukan mustahil juga dilakukan oleh orang yang telah menyelesaikan bangku sekolah. Contohnya, ujian atau tes menjadi pegawai negeri atau swasta. 

Mengapa bias demikian? Mungkin semasa usia sekolah suka menyontek atau memang terbawa arus saat menghadapi ujian atau tes.

Kadang-kadang guru pengawas tidak sanggup mencegah terjadinya aksi contek-menyontek saat ujian berlangsung. Pura-pura tidak mengetahui siswanya menyontek dengan mengalihkan pandangan ke luar ruang ujian. Ataukah ingin memberi kesempatan kepada siswa agar bernilai bagus?

Menyontek adalah menyalin atau mengkopi hasil pekerjaan orang lain dengan cara-cara tertentu. Dalam hal ujian, menyontek adalah menyalin jawaban ujian teman. Banyak sekali penyebab terjadinya prilaku menyontek ini. 

Di antaranya adalah karena tidak siap menghadapi ulangan, kurang percaya dengan kemampuan sendiri, takut nilainya tidak tuntas, tak ingin bersusah-susah, dan lain sebagainya.

Menyontek dilakukan dengan cara unik, baik diam-diam maupun terang-terangan. Dengan melongokkan kepala, ke depan, samping kiri atau kanan, atau ke belakang. Namun ada pula yang melirikkan mata ke arah lembaran jawaban teman. 

Ada juga dengan memakai kode-kede tertentu, seperti kode jari tangan. Ini dapat dilakukan siswa meskipun duduk berjauhan saat ujian. Membuat kertas kecil kemudian melemparkannya kepada teman yang ingin diminta hasil pekerjaannya.

Apakah hasil pekerjaan teman yang dicontek itu sudah pasti benar atau betul? Benarkah jawaban hasil contekan itu bisa menolong siswa dari ketidaktuntasan belajar?  Ternyata siswa tidak berpikir sampai kesana. 

Sepertinya, yang ada dalam benak siswa  hanyalah lembaran jawaban soal ujian terisi penuh. Salah atau benar hasil contekan itu  kemudian diperhitungkan.

Perilaku menyontek, jelas cerminan karakter pribadi kurang percaya diri, tidak mandiri, dan tidak jujur. Kalau perilaku ini dibiarkan tumbuh dan berkembang sejak usia sekolah, bisa jadi akan mendarah daging bagi pelakunya sampai ia dewasa. Bentuknya penerapan perilaku menyontek ini mungkin lebih parah lagi.***